Jakarta, CNN Indonesia —
Nilai tukarĀ rupiah jatuh dalam beberapa waktu terakhir. Rupiah berada di posisi Rp16.237 perĀ dolar AS di perdagangan pasar spot pada Senin (22/4) sore ini.
Sejumlah ekonom menilai pelemahan nilai tukar rupiah bisa berdampak pada sejumlah aspek, termasuk kenaikan harga barang elektronik impor.
Ekonom makroekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan pelemahan rupiah akan membuat ongkos impor termasuk untuk bahan baku produk elektronik.
“Seperti impor barang input misalnya semikonduktor, microchip, maka akan meningkat biaya produksi dalam negeri,” katanya kepada CNNIndonesia.com, Senin (22/4).
Dengan kenaikan biaya produksi, maka tekanan harga akan diteruskan ke konsumen.
“Ini kemudian mendorong imported inflation dan memberi tekanan terhadap inflasi di dalam negeri,” katanya.
Teuku memperkirakan hingga akhir tahun ini, rupiah tidak akan anjlok hingga Rp17 ribu per dolar AS. Menurutnya, rupiah akan kembali menguat ke Rp15 ribu per dolar AS.
“Tapi kalau sampai Rp14 ribu tampaknya agak kecil kemungkinannya,” katanya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Esther Sri Astuti mengatakan nilai tukar rupiah akan terdepresiasi terus melihat konflik Timur Tengah yang akan berlangsung lama. Konflik katanya akan membuat suplai barang terhambat.
“Jika suplai barang terbatas dan permintaan tetap maka akan memicu kenaikan harga barang,” katanya.
Jika harga barang di pasar global naik, sambungnya, maka kebutuhan akan dolar AS akan meningkat untuk membayar biaya impor lebih, termasuk untuk barang elektronik.
Harga barang elektronik, katanya, juga bisa naik karena harga emas meningkat. Ia mengatakan harga emas naik karena ketidakpastian kondisi ekonomi yang membuat masyarakat cenderung membeli emas sebagai aset likuid yang nilainya stabil dan mudah dijual.
Kenaikan harga emas yang merupakan salah satu komponen cip elektronik ini lah yang akan turut membuat harga barang elektronik naik.
(fby/sfr)